Farida Farichah*
Maraknya tawuran antar pelajar
akhir-akhir ini menjadi perhatian penting semua kalangan. Dua peristiwa tawuran
terakhir telah merenggut nyawa pelajar dengan sia-sia. Melihat fenomena pelajar
indonesia saat ini, khususnya pelajar DKI Jakarta sungguh mencemaskan. Perilaku
mereka tidak lagi menunjukkan kaum terdidik dan terpelajar. Pendidikan sekolah
tidak lagi membuat mereka serta merta berperilaku baik.
Banyak faktor yang membuat kenapa
pelajar sekarang menjadi seperti ini. Faktor lingkungan merupakan faktor
dominan. Masa pelajar merupakan masa dimana terjadi perubahan yang amat pesat, baik dari segi fisik, emosi maupun sosial. Mereka
mulai bersentuhan dengan komunitas lain di luar rumah, bahkan terkadang
komunitas tersebut berfungsi sebagai rumah kedua yang terasa lebih nyaman dari
rumah keluarga. Di komunitas tersebut mereka merasa lebih bisa mengekspresikan
diri, lebih merasa nyaman dan terbuka terhadap sesamanya. Dalam perkembangannya
remaja tidak hanya belajar banyak hal dari orang tua mereka, tetapi juga dari lingkungan
sosial. Pada saat-saat seperti inilah remaja mulai mengubah tingkah laku,
sikap, dan nilai mereka, bahkan seluruh cara hidup mereka dari masa kanak-kanak
ke masa yang lebih matang dan dewasa. Jika sang remaja tumbuh dalam lingkungan
yang sehat dan bermartabat, maka ia akan mengambil nilai-nilai tersebut untuk
dijadikan ukuran bagi tingkah lakunya, namun sebaliknya jika secara kebetulan
mereka tumbuh dalam situasi dan kondisi yang kurang baik, maka sedikit ataupun
banyak hal itu akan memberikan pengaruh bagi tingkah lakunya. Karena
bagaimanapun juga, lingkungan memiliki kapasitas cukup besar dalam membentuk karakter
dan kepribadian seseorang.
Pengaruh
yang demikian memang harus dihadapi, mustahil mengisolasi remaja dari pengaruh
buruk lingkungannya agar ia tumbuh baik. Oleh karena itu, kondisi seperti
apapun remaja itu tumbuh bukanlah persoalan,
yang terpenting adalah bagaimana membuatkan wadah untuk berkumpul dan
berbicara tentang diri mereka, berkreasi sesuai dengan keinginan dan potensi
mereka.
Keberadaan organisasi intra maupun ekstra sekolah adalah salah satu
solusinya. Ketika hari ini sekolah telah menerapkan kurikulum yang sangat
menekankan pada kecerdasan kognitif maka pelajar perlu ruang untuk meningkatkan
kecerdasan afektif dan psikomotorik. Kedua kecerdasan ini tidak dapat dinilai
dengan angka, tapi lebih menilai bagaimana perilaku pelajar selama dia
disekolah dirumah dan dilingkungan masyarakat. Keceredasan afektif dan
psikomotorik inilah yang nantinya secara pelan tapi pasti akan menumbuhkan
karakter pada diri pelajar tersebut.
Ikatan pelajar puti NU (IPPNU) hadir untuk memberikan ruang kepada mereka
untuk mengekspresikan potensi dan kemampuan mereka ke dalam hal positif. IPPNU
sebagai organisasi pelajar ditingkat SMP-SMA hingga mahasiswa dapat menjadi
rumah bagi mereka untuk menyalurkan bakat minat mereka. Organisasi pelajar ini
tidak hanya sebagai wadah menempa leadership saja. Organisasi ini dapat menjadi
wadah dalam proses pembentukan karakter sejak dini. Didalamnya diajarkan
tentang nilai-nilai moral yang tetap menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya
berdasarkan nilai-nilai ahlussunah waljamah dalam naungan keIndonesiaan. Prinsip
dasar tasamuhnya NU mengajarkan bahwa kita harus toleransi terhadap sesama.
tidak peduli kita sama atau berbeda yang pasti haruslah saling menghargai dan
menghormati. Perlu diketahui maraknya tawuran pelajar disebabkan karena
hilangnya rasa saling memiliki karena tergerus arus zaman. Pelajar tidak lagi
mengenal kita sebangsa dan setanah air. Pelajar tidak lagi merasa menjadi bagian
dari pelajar yang lain sehingga rasa benci dan saling menghina pun muncul. Hal
ini harus membuka mata kita bahwa pemberian pemahaman kepada pelajar untuk
melaksanakan nilai-nilai perlu terus ditingkatkan. permasalahan pelajar bukanlah masalah parsial
tetapi sangat kompleks adanya, sehingga perlu perhatian dari semua kalangan
baik pemerintah sebagai pemegang kebijakan sekolah, masyarakat sebagai kontrol
perilaku dan keluarga sebagai lingkungan terdekat dari pelajar tersebut.
*penulis adalah Sekretaris bidang Kaderisasi PP IPPNU